Ilmu Kebidanan

Rumus Baru Untuk Menghitung Hari Perkiraan Lahir (HPL) ?


Beberapa waktu yang lalu terjadi sedikit pergolakan di salah satu grup fb yang saya ikuti (halah), terkait informasi adanya rumus baru untuk menentukan HPL. Masa iya sih? Bukannya rumus paten untuk menghitung HPL adalah Rumus Naegele?
Berikut saya luruskan..
Perhitungan usia kehamilan dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain : dari HPHT (menggunakan rumus Naegele), gerakan pertama janin, perkiraan tinggi fundus uteri, USG dll. Namun, cara yang paling banyak dan mudah dilakukan untuk menghitung HPL adalah dengan menggunakan rumus Naegele, yang dihitung berdasarkan pada Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) yang dialami seorang ibu.
Rumus Naegele adalah sebagai berikut :
Hari Perkiraan Lahir = Tanggal hari pertama haid terakhir + 7, bulan – 3, tahun + 1.
Jika bulan tidak bisa dikurangi 3 maka bulan ditambah 9 dan tidak ada penambahan tahun.
Semua sepakat sampai disini ya?
Lalu yang dimaksud dengan rumus baru itu apa?
Baiklah mari kita lanjutkan..
Awal ceritanya begini, rumus dasar untuk menghitung HPL berdasarkan HPHT adalah rumus Naegele. Ini sudah digunakan sejak tahun 1800an dan tetep dipake hingga saat ini. Rumus Naegele dihitung berdasarkan asumsi bahwa USIA KEHAMILAN NORMAL ADALAH 266 HARI SEJAK OVULASI ( 38minggu atau 9bulan – 7hari ). Tapi, si ibu kan tidak tahu kapan dia mengalami ovulasi? Satu-satunya yang bisa dia ketahui secara obyektif adalah HPHTnya. Krn itu, untuk mempermudah perhitungan, pak Naegele menghitung taksiran persalinan sejak HPHT, yaitu dengan menambahkan 14 hari, sehingga ‘usia kehamilan’ menjadi 266 hari + 14 hari = 280 hari. Kenapa ditambah 14 hari? Karena pada siklus haid normal (28 hari), ovulasi terjadi pada 14 hari sblm haid yg akan datang, atau 14 hari setelah HPHT. Jadi, bisa juga dikatakan bahwa USIA KEHAMILAN NORMAL ADALAH 280 HARI SEJAK HPHT.
Karena itu, rumus HPL mjd :
HPHT + 9bulan – 7hari + 14hari –> HPHT + 9bulan + 7hari
Yang kita kenal sbg rumus +7 +9 atau +7 -3 +1
Akan tetapi, rumus ini ada kelemahannya.. Rumus Naegele HANYA COCOK untuk ibu yang siklus haidnya 28 hari, dan berpotensi menghasilkan kesalahan penaksiran terutama bila siklus haidnya pendek atau panjang. Pada siklus haid 28 hari, ovulasi selalu konstan terjadi pada 14 hari stlh HPHT, sehingga HPL yang dihitung dengan menggunakan rumus Naegele bisa dibilang akurat. Tapi bagaimana dengan yang siklus haidnya pendek atau panjang? Masa ovulasinya kan berbeda dengan yang siklusnya 28 hari? Jadi kemungkinan hasil taksirannya akan meleset.
Karena itu muncullah Parikh’s formula (2007). Perhitungan dengan cara ini ditujukan untuk meminimalisir kesalahan yg mungkin terjadi pada rumus Naegele. Caranya dengan menghitung kapan saat terjadinya ovulasi pada siklus tertentu, yaitu LAMA SIKLUS HAID – 14HARI.
Sehingga bila dimasukkan ke dalam rumus menjadi :
HPL = HPHT + 9bulan – 7hari + (lama siklus haid – 14hari) , dan disederhanakan menjadi :
HPL = HPHT + 9bulan + (lama siklus haid – 21 hari)
Contoh :
Jika HPHT pada tanggal 1 januari 2010 (siklus haid 28 hr), maka taksiran persalinannya adalah tanggal 8 oktober 2010.
Jika siklus haid 40 hari, maka taksiran persalinannya menjadi :
HPHT + 9bulan + (40-21)hari –> HPHT + 9bulan + 19hari –> tanggal 20 oktober 2010
Atau kalau mau pake bahasa yg SEDERHANA, bisa juga dikatakan bahwa:
“jika siklus menstruasi lebih atau kurang dari 28 hari, maka selisihnya ditambahkan atau dikurangi kedalam perhitungannya”. Sama aja koq hasilnya..
Contoh menghitungnya : Jika HPHT pada tanggal 15 Mei 2010 maka taksiran persalinannya adalah tanggal 22 Februari 2011. Jika siklus haid 30 hari maka taksiran menjadi tanggal 24 Februari 2011.


Ketuban Pecah Dini

Pendahuluan
KPD adalah pecahnya selaput ketuban sebelum adanya tanda – tanda persalinan spontan. Terminologi :
  • Premature Rupture Of The Membrane (PROM) : Pecahnya selaput ketuban sebelum onset persalinan pada pasien yang umur kehamilannya ≥ 37 minggu.
  • Preterm Premature Rupture Of The Membrane (PPROM) : Pecahnya selaput ketuban sebelum onset persalinan pada pasien yang umur kehamilannya < 37 minggu.
  • Prolonged Premature Rupture Of The Membrane : Pecahnya selaput ketuban selama ≥ 24 jam dan belum terjadi onset persalinan.
  • Periode Laten : Interval waktu antara pecahnya selaput ketuban dengan persalinan. Bervariasi dari 1 – 12 jam tergantung umur kehamilannya (semakin kurang bulan, periode laten semakin lama ; 85 % kehamilan cukup bulan dengan KPD memiliki periode laten < 24 jam sedangkan 57 % kehamilan < 37 minggu dengan KPD memiliki periode laten > 24 jam).
Pada prinsipnya hal yang perlu diperhatikan dalam pertimbangan pengelolaan KPD adalah usia kehamilan, berat janin, komplikasi yang mungkin terjadi dan ketersediaan fasilitas dan kemampuan untuk merawat bayi kurang bulan.
Komplikasi
Komplikasi yang paling sering terjadi pada KPD adalah :
  1. Infeksi
Membutuhkan tindakan yang agresif. Karena ketuban yang utuh merupakan barrier atau penghalang terhadap masuknya infeksi asenderen. Dengan tidak adanya selaput ketuban maka flora normal vagina bisa menjadi patogen secara asenderen.
  1. Prematuritas
Membutuhkan tindakan konservatif. Berkaitan dengan KPD terutama dikarenakan insidensi KPD yang lebih tinggi terjadi pada kehamilan kurang bulan. Bayi kurang bulan memiliki resiko mengalami Respiratory Distress Syndrome sebagai akibat dari paru – paru yang belum masak.
Etiologi
Sebab pasti belum diketahui. Beberapa faktor predisposisi terjadinya KPD :
  • Infeksi bakteri → bakteri menghasilkan peroksidase yang membuat selaput ketuban menjadi lemah ; infeksi dapat terjadi langsung pada selaput ketuban, asenderen dari vagina maupun pada cairan ketuban.
  • Kandungan kolagen selaput ketuban → pada KPD ditemukan bahwa kandungan kolagen selaput ketuban menurun. Hal ini diduga mempengaruhi kekuatan selaput ketuban.
  • Kekurangan nutrisi → sebagai akibat dari defisiensi asam askorbat.
  • Rokok
  • Inkompetensi serviks
  • Plasenta previa
  • Malpresentasi
  • Uterus meregang (misalnya pada gemelli dan hidramnion)
  • Trauma
  • Pernah induksi aborsi
  • Solusia plasenta
  • Umur ibu > 35 tahun
Diagnosa
Ananmnesa :
  • Keluhan utama : penderita yang sedang hamil merasa basah dari vagina atau mengeluh keluar cairan yang terus menerus dari jalan lahir → hati – hati dengan inkintinensia urin dan vaginitis yang juga mengeluh basah pada vagina.
  • Tanyakan : kapan keluar pertama kali? berbau? bagaimana keluarnya? warnanya?
Pemeriksaan :
  • Periksa keadaan umum dan tanda vital pasien
  • Pemeriksaan obstetri (Leopold 1-4, TFU, HIS, DJJ)
  • Periksa cairan yang keluar dari vagina, apakah benar air ketuban? Bagaimana warna, konsentrasi, pH dan bau cairan tersebut?
    • Pemeriksaan nitrazine (kertas lakmus) :
    • pH sekret vagina ibu hamil : 4 – 4.5 → lakmus tidak berubah warna (tetap merah).
    • pH air ketuban : 7 – 7.5 → lakmus berubah warna (biru) ; hati – hati karena darah (ber pH tinggi) juga akan merubah lakmus menjadi warna biru.
  • Pemeriksaan inspekulo steril → untuk melihat ada tidaknya cairan yang keluar dari OUE
    • Tampak cairan keluar dari OUE atau tergenang pada fornix posterior.
    • Bila fundus uteri ditekan atau pasien diminta batuk atau melakukan valsalva maneuver maka akan tampak cairan keluar dari OUE.
    • Pada pemeriksaan inspekulo juga sekaligus nilai pembukaan, posisi dan pendataran serviks.
  • Uji Fern
    • Teteskan cairan sampel di objek glass, keringkan → amati dengan mikroskop ; akan tampak bentuk daun pakis (karena konsentrasi protein dan NaCl yang tinggi).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar